By Maria Ulfah
Sebenarnya saya Tidak Membenci Syariat Poligami. Allah pun membolehkan bagi laki-laki untuk menikah dua, tiga atau empat, dengan syarat mampu bersikap Adil. Tapi jika tidak mampu bersikap Adil, satu saja itu lebih baik.
Dua minggu yang lalu, di suatu siang, seorang teman lama tiba-tiba datang ke rumah. Saya melihatnya datang dengan wajah yang kusut. Awalnya saya pikir ia telah resign dari tempat kerjanya. Ternyata bukan. Saya lalu bertanya kembali ada masalah apa yang sedang dihadapinya, kemudian ia lalu memeluk saya dengan erat dan kemudian menangis tersedu-sedu.
Sejenak saya biarkan ia menangis dalam pelukan saya, agar puas rasa hatinya. Setelah agak reda tangisnya, saya usap lembut punggungnya, dan saya bertanya ada masalah apa yang terasa berat dihadapinya.
Setelah itu ia bercerita bahwa suaminya tengah ia pergoki melakukan chat mesra melalui WA dengan mahasiswi yang dibimbing skripsinya oleh suaminya. Sebenarnya teman saya ini sudah mulai merasa curiga sejak satu bulan yang lalu bahwa suaminya jadi sering mojok sendiri saat membuka WA dan tidak mau diganggu dan didekati oleh teman saya saat sedang ber WA ria. Karena penasaran, akhirnya teman saya iseng membuka chat WA suaminya, saat suaminya sedang di kamar mandi. Lalu terbongkarlah skandal perselingkuhan itu. Teman saya begitu marah, dan terjadilah pertengkaran besar, dan sempat terlontar dari lisan teman saya meminta bercerai.
Teman saya ini mengeluh dan meratap, apa kekurangan dan kesalahan dia, mengapa suaminya sampai selingkuh. Bahkan yang lebih menyakitkan, setelah terpergok selingkuh, suaminya meminta ijinnya untuk melakukan poligami dengan menikahi mahasiswi tersebut. Kontan saja teman saya semakin meradang dan tidak terima dengan permintaan suaminya.
Berkali-kali suaminya meminta keikhlasannya agar diijinkan poligami. Selalu suaminya menuntut kepada teman saya bahwa laki-laki diperbolehkan poligami, bahwa apa yang ia lakukan tidak menyalahi aturan Allah, bahwa teman saya tidak boleh membenci yang Allah halalkan, bahwa teman saya harus ridho di poligami oleh suaminya.
Saya begitu sebal dan merasa marah setelah mendengar cerita teman saya. Terlihat dalam kacamata pandangan saya, bahwa suami teman saya itu begitu egois dan dangkal pikirannya. Demi hawa nafsu, hukum syariah Allah ia jadikan alasan pembenaran atas perilakunya yang salah, ia jadikan tameng untuk memenuhi hawa nafsunya.
Yang membuat teman saya bertahan hingga hari ini adalah keempat anaknya. Jika ia memilih bercerai, yang ia khawatirkan adalah nasib anak-anaknya yang akan kekurangan kasih sayang ayahnya dan kehilangan figur ayahnya. Tapi ia pun tidak ikhlas di poligami oleh suaminya, meskipun tiap hari suaminya terus memintanya ikhlas dan mengijinkannya menikahi mahasiswi tersebut.
Teman saya itupun mengintrospeksi diri, mungkin selama ini ia kurang rajin beribadah, mungkin selama ini ia kurang merawat diri dan berdandan untuk suami, mungkin karena ia kurang melayani suaminya karena terlalu sibuk membersamai anaknya dan sibuk bekerja membantu nafkah keluarga.
Sekarang teman saya berjuang merebut hati suaminya agar kembali kepadanya, mau berdandan dan meluangkan waktu bersama suaminya. Dan sekarang ia kembali mendekat kepada Allah dan mendoakan suaminya serta kebahagiaan rumah tangganya.
Semoga Allah segera memberi jalan keluar terbaik yang membahagiakan bagi teman saya dan anak-anaknya, semoga Allah memberi hidayah bagi suami teman saya. Semoga Allah melimpahi cinta, kasih sayang dan rahmat Nya bagi teman saya, suaminya dan keluarga mereka agar merasakan ketenangan dan kebahagiaan dunia akherat. Aamiin
#Day15
#ODOP31Days
#RumBelMenulis
#IbuProfesionalBanten